Maintaining The Spirit of Togetherness Within The Community (Pendekatan Partisipatory dalam Arsitektur)

 


PENDEKATAN PARTISIPATORY

Proyek partisipatoris dalam arsitektur lebih mengarah kepada memperdulikan lingkungan alam, kemudian lebih melihat secara meluas yaitu dengan cara memperhatikan komunitas yang akan berpartisipasi. Beberapa hal yang dilakukan antaralain yaitu mengikut sertakan masyarakat kedalam proses desain, merancang dengan melihat kebutuhan dari masyarakat, permaslahan masyarakat disekitar dan sebagainya.

Adapun dalai lama- Tanpa komunitas manusia, makhluk hidup tidak akan dapat survive. Dalam hal ini satu orang saja tidak bisa hidup menyendiri, karena masih sangat membutuhkan orang lain. Selain itu juga perkembangan perorangan tidak secara langsung menjadi kelompok semuanya juga dimulai dari satu orang, sehingga kita manusia masih sangat hidup berketergantungan.

Partisipatry tidak hanya berpengaruh pada lingkungan dan masyarakat namun juga pada budaya yang ada pada daerah tersebut, sedangkan pada era sekarang banyak orang desa yang kemudian bermigrasi ke kota dikarenakan beberapa faktor, hal tersebut membentuk suatu kebudayaan yang acak didalam kota, sehingga ketika arsitek akan merancang suatu desain yang melibatkan masyarakat mungkin akan sangat banyak pendapat yang kemudian masuk dikarenakan faktor budaya yang telah acak. Kebudayaan yang sangat konsumtif dikota akhirnya orang-orang akan fragmental, high speed, materialistic, antropocentrik, berdasarkan kompetensi, saling bersaing, dsb

pendekatan pembangunan partisipatoris harus mulai dengan orang-orang yang paling mengetahui tentang sistem kehidupan mereka sendiri. (1. Pretty dan Guijt 1992:3) (*)

Agar mencapai hasil-hasil pembangunan yang dapat berkelanjutan, banyak kalangan sepakat bahwa suatu pendekatan partisipatoris perlu diambil untuk menjabarkan logika dan strategisnya, sedangkan berbeda dengan Pretty dan Guijt menjelaskan implikasi praktis dari pendekatan ini. Pendekatan dengan cara partisipatori lebih bersifat jamak sedangkan berbeda dengan ketika menghadapi klien yang subyektif, ketika menggunakan pendekatan subyektif kebanyakan lebih kepada merancang sesuai dengan keinginan dari pemilik atau sesuai dengan ilmu yang kita ketahui atau bisa juga dengan sesuai dengan desain yang kita inginkan, namun berbeda dengan mendesain untuk banyak orang tentunya kita harus lebih menggunakan pendekatan partisipatori agar sesuai dengan budaya pada daerah tersebut, dan dapat mendapatkan penyelesaian tentang permasalahan kawasan. Perbedaan yang terdapat pada pendekatan ini juga terdapat pada bagaimana prinsip kerja nya, bisa dilihat jika melakukan pendekatan partisipatori kita bisa dengn luwes, dapa belajar dari masyarakat tentang banyak hal, secara fisik memperolah pengetahuan sosial dan teknik dari sumber-sumber setempat.

Menurut saya, pendekatan ini sangat baik untuk digunakan, ketika melakukan perancangan desain kita sangat membutuhkan banyak informasi dari lapangan, namun terkadang ketika bekerja untuk hal-hal yang individual kita mungkin hanya akan melihat informasi luas seperti luas site, permasalahan yang utama pada lokasi, namun tanpa mengetahui lebih jauh tentang peluang site kemudian, permasalahan site dengan masyarakat, sehingga menurut saya pendekatan partisipatori sangat membantu selain itu kita juga bisa dengan sangat luwes belajar dari masyarakat sekitar, mengetahui teknik-teknik dan prinsip kerja yang baru.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEORI GESTALT DALAM FORMAL DESIGN